Kamis, 11 Februari 2010

Laba Bersih INCO Anjlok 52%

Laba Bersih INCO Anjlok 52%

PT International Nickel Tbk (INCO) mencatat penurunan laba bersih hingga 52% pada tahun 2009 menjadi US$ 170,4 juta, dibandingkan laba bersih tahun 2008 yang sebesar US$ 359,3 juta.

Laba bersih per saham juga turun dari US$ 0,036 per saham di 2008 menjadi US$ 0,017 per saham.

INCO juga mencatat penurunan laba bersih khusus untuk kuartal IV-2009 menjadi US$ 60 juta dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 75,9 juta.

Penyebab turunnya laba bersih perseroan terutama karena turunnya penjualan dan harga nikel yang merosot tajam pada tahun 2009.

Pada tahun 2009, INCO hanya mencetak penjualan bersih sebesar US$ 761 juta, dibandingkan penjualan bersih tahun 2008 yang sebesar US$ 1.312,1 juta. Sementara harga realisasi rata-rata nikel per metrik ton juga turun dari US$ 17.724 menjadi US$ 11.227.

Produksi nikel dalam matte selama tahun 2009 juga turun menjadi 67.329 metrik ton, dibandingkan tahun 2008 yang sebanyak 72.400 metrik ton.

Menurut Wakil Presiden Direktur INCO, Claudio Bastos, salah satu penyebab turunnya produksi nikel dalam Matte itu adalah penggunaan pembangkit listrik tenaga termal yang cuma sebentar selama tahun 2009. INCO baru menggunakan kembali pembangkit termal pada Oktober 2009.

"Produksi nikel dalam matte tahun 2009 adalah 7 persen di bawah produksi 2008 karena kami hanya mengandalkan pembangkit listrik tenaga air pada tahun 2009 dan hanya mengoperasikan pembangkit listrik tenaga termal selama 15 minggu pada tahun 2009 dibandingkan 43 minggu pada tahun 2008," jelasnya dalam siaran persnya, Kamis (11/2/2010).

Ia menjelaskan, setelah perseroan mengoperasikan lagi penggunaan pembangkit listrik tenaga termal tersebut, harga pokok penjualan pada triwulan IV-2009 naik menjadi US$ 142,2 juta dibandingkan US$ 133,6 juta pada triwulan III-2009.

Namun sepanjang triwulan IV-2009, perseroan berhasil menekan komponen biaya yang tidak terkait bahan bakar. Sehingga harga pokok penjualan pada tahun 2009 turun 36% menjadi US$ 516,1 juta dibandingkan US$ 808,5 juta tahun 2008.

Penurunan yang signifikan ini disebabkan oleh berkurangnya konsumsi dan harga bahan bakar sepanjang tahun, di samping turunnya komponen biaya utama lainnya seperti kontrak dan jasa, biaya royalti serta biaya karyawan.

0 komentar:

Posting Komentar